PelajaranDownload!Dunia Anak!Situs Bahasa Asing

Selamat datang ke situs bahasa asing di Indonesia!

Pelajaran dan Download Free Download!Ebook Gratis!

  1. Bahasa Inggris       england           E-book Inggris Gratis     book

  2. Bahasa Prancis     Prancis            E-book Prancis Gratis    boy

  3. Bahasa Belanda     Belanda           E-book Belanda Gratis    books

  4. Bahasa Jerman       Jerman            E-book Jerman Gratis      book stand

  5. Bahasa Lain               Bahasa lain          E-book Bahasa Lain         dark book

  6. Google
     
    Web kursusgratis.50webs.com
     

Jip dan Janneke TIGA

1. Telepon Berdering
Jip dan Janneke bermain dalam kamar. Mereka bermain katak-katakan. Jip melompat dengan sangat baik. Sangat tinggi pada jongkokannya. Sedangkan Janneke bisa mengucapkan ‘kuak’ dengan sangat bagus. Bagaikan dua ekor katak yang sesungguhnya.
Telepon berdering, kata Jip. Ya, kata Janneke.
Ring, ring... rrrrrrr.... Telepon berbunyi. Aku akan mengangkatnya, kata Jip.
Dia memegang gagang telepon. Dia mendekatkan telepon pada telinganya. Persis seperti seharusnya. Selanjutnya dia menyapa: Selamat siang!
Siang, kata sebuah suara. Dengan siapa?
Dengan Jip, kata Jip. Oh, kata suara itu. Apakah ayahmu di rumah?
Tidak, akat Jip. Lalu apakah ibumu di rumah?
Tidak, kata Jip. Tetapi Janneke ada. Tunggu. Kemudian dia memanggil Janneke. Janneke mendekat dengan berlari kecil. Dia mengambil alih gagang telepon dari Jip.
Siang, katanya. Dengan siapa? tanya suara itu.
Dengan Janneke, kata Janneke. Oh, kata suara itu. Selanjutnya apakah tidak ada orang lain di rumah? Ya. Takkie, kata Janneke. Lalu kucing juga di rumah. Juga landak kecil ada di kebun.
Begitu, kata suara. Baiklah, siang. Siang, seru Janneke.
Siang, seru Jip.
Selanjutnya mereka meletakkan gagang telepon pada tempatnya. Tak lama kemudian ibu pulang.
Syukurlah, katanya. Aku berada di rumah lagi. Adakah sesuatu yang telah terjadi, Jip? Ada telepon, kata Jip.
Siapa yang menghubungi? tanya Ibu. Itu aku tidak tahu, kata Jip. Dia seorang pria. Seorang pria yang ramah, kata Janneke. Dia telah mengatakan selamat siang kapada kami.
Lain kali kau harus bertanya dengan siapa kau bicara, kata ibu. Jip dan Janneke berjanji.
2. Ayah Nakal
Jip dan Janneke sedang bermain dengan bola. Di dalam ruangan.
Bum! Bunyi bola di atas lantai. Bola melambung sangat tinggi.
Hati-hati sayang, kata ibu. Jangan sampai kena lemari. Kalau tidak akan memecahkan ayam jago yang cantik.
Sebuah ayam jago berdiri di atas papan. Ayam jago itu terbuat dari batu. Berwarna biru, hijau, dan merah, sangat bagus.
Kami bermain bola dengan sangat hati-hati, kata Jip. Lihatlah. Kemudian Jip melempar bola dengan sangat perlahan.
Itu bagus, kata Ibu. Karena bila kalian memecahkan sesuatu lagi...
Kami akan di ....? tanya Janneke.
Ibu akan—. Dia duduk berpikir. Aku akan mengunci kalian dalam sebuah ruangan, katanya. Aku akan mengunci kalian berdua.
Dimana itu? tanya Jip. di dalam gudang, kata Ibu. Selama seminggu.
Jip dan Janneke tidak percaya itu. Selama seminggu dalam gudang.
Bolehkah aku bermain bola itu juga? tanya Ayah. Hai ayah! Ayah boleh juga bermain bola. Kita bertiga.
Ayah melempar bola ke arah Jip. Lalu Jip melempar kepada Janneke. Sesudah itu Janneke melempar lagi kepada ayah. Semua berjalan sangat menyenangkan. Pada suatu ketika ayah melempar bola dengan sangat keras.
Bang! Mengenai lemari itu ........ Ooo, ooooh! Di sana terletak si ayam jago. Ayam jago rusak. Kepala kecilnya putus. Jip dan Janneke terpaku. Juga ayah.
Lihat sekarang, kata ibu marah.
Itu aku yang melakukannya, kata ayah. Tetapi aku akan merekatnya.
Kini kau harus dikurung di dalam gudang, kata Jip. Ya! seru Janneke. Di dalam gudang.
Mereka melihat ayah. Ayah menangis. Tetapi itu tidak berguna. Dia harus di dalam gudang. Jip dan Janneke menutup pintu dan menguncinya. Di sanalah Ayah berada.
Seminggu penuh, kata Jip. Ayah yang malang, kata ibu.
Itu salahnya sendiri, kata Janneke. Tetapi siapa yang akan merekat si jago sekarang? tanya ibu.
Mari kita lepaskan ayah. Kalau tidak aku juga akan segera menangis. Dan lihat, Ibu juga sudah menangis.
Mundurlah, kata Jip. Kemudian dia membuka pintu gudang.
Dan camkanlah! katanya keras. Tidak pernah ada lagi yang pecah.
Tidak, Jip, kata ayah sangat lembut. Aku janji.
Dan merekatnya dengan segera, kata Janneke. Baik, Janneke, kata ayah. Aku akan melakukannya segera. Sesudah itu dia mengambil sebuah tabung lem. Dia menyatukan kembali kepala ayam jago lagi dengan sangat rapi pada potongannya.
Selanjutnya semua harus berhati-hati, kata Ibu. Tidak ada seorang pun lagi yang boleh bermain bola dalam ruangan! Tidak seorang pun!
3. Orang Batubara
Aku seorang tukang batubara, kata Jip. Aku membawa batubara. Apakah Anda masih butuh batubara, nyonya? Ya, aku perlu batubara, kata Janneke. Anda bawalah batu bara itu ke dalam gudang batubara bawah tanah.
Baik, Nyonya, kata Jip.
Dia mengambil bantal-bantal dari kursi. Dia mengayunkan bantal-bantal itu melewati punggungnya. Dia membawa dengan susah payah melalui kamar.
Tetapi kau tidak hitam, kata Janneke. Tidak, aku tidak hitam, kata Jip. Tukang batubara yang asli selalu hitam.
Tunggu, katanya. Aku akan membuat wajahku menjadi hitam. Dengan batubara asli. Dari gudang batubara yang asli. Di sanalah Jip melakukan itu. Tetapi di tengah jalan dia bertemu ayah.
Apa yang akan kau lakukan? tanyanya. Membuat mukaku menjadi hitam. Dengan batubara, kata Jip.
Itu sama sekali tidak boleh kau lakukan, kata Ayah. Pergi lagi ke dalam kamar.
Jip kembali marah. Dan ketika dia masuk ke dalam kamar. Bantal itu lenyap. Kantong batubaranya hilang. Janneke telah membuatnya menjadi sebuah ranjang kecil untuk Poppejans.
Kembalikan, kata Jip berang. Itu kantong batubaraku.
Tidak benar, kata Janneke. Ini adalah sebuah tempat tidur.
Itu kantong batu baraku, teriak Jip. Dan menarik bantal itu.
Mereka berdua saling menarik dengan sangat keras. Mereka berdua terlihat merah karena marah. Krak! Bunyi bantal. O, o, bantal itu robek! Oh, bantal itu rusak sama sekali. Ada lobang besar di dalamnya. Bantal itu terbuat dari wol. Bulu-bulu kain putih yang besar tercerai-berai. Bulunya beterbangan.
Lihat! seru Janneke.
Jip mencoba untuk menghentikan bulu-bulu kain yang beterbangan. Tetapi lubang itu menjadi semakin besar. Dan selalu timbul bulu-bulu kain lebih banyak. Bulu-bulu berhembus di sekitar kamar. Seluruh lantai menjadi putih dengan bulu-bulu kain.
Ibu! seru Jip. Ibu datang. Kemudian dia berkata: O, bah!
Jip dan Janneke masih muram di sebelahnya.
Letakkan bantal itu, kata Ibu. Pertama sekarang pungutlah semua bulu-bulu kain itu. Dan masukkan ke dalam kantong kecil.
Cepat dan rapi!
Ibu sedikit marah. Tetapi tidak marah betul. Jip dan Janneke dengan segera memungut bulu-bulu kain. Mereka menyapu dengan memakai sebuah kaleng besar dan sebuah sapu. Mereka terlihat sangat sibuk. Mereka menjadi sangat hangat.
Baik, kata ibu, sekarang keluar!
4. Terbang
Lonceng berbunyi. Seorang pria datang. Dengan sebuah kardus besar. Ibu Janneke sangat gembira. Itu penghisap debu, katanya. Penghisap debu baru.
Jip dan Janneke dengan cepat pergi untuk melihat.
Penghisap debu dibuka. Jip mau segera menekan tombolnya. Lalu Janneke memegang kabel. Jangan pegang, kata ibu. Kalian tidak boleh memegangnya samasekali. Ini adalah penghisap debuku.
Bolehkah kami masuk ke dalam kardus itu? tanya Janneke.
Boleh. Dan itu sangat menyenangkan. Karena itu adalah sebuah kardus yang sangat besar. Jip dan Janneke secara bersamaan dapat masuk ke dalamnya.
Itu sebuah perahu, kata Jip. Ya, sebuah perahu, kata Janneke.
Bukan, tunggu, bukan perahu, kata Jip. Itu sebuah helikopter.
Bagaimana bisa? tanya Janneke. Dengan gantungan baju, kata Jip.
Karena ada sebuah hanger tua dalam rumah Janneke. Di sana mereka boleh selalu bermain bersama. Lalu kini Jip mengambil hanger dan meletakkan di dalam kardus.
Syukurlah, katanya. Sebuah helikopter asli. Anda mau kemana nyonya?
Ke Paris, kata Janneke.
Kemudian kami berangkat, dan Jip berkata: z-z-z-z-z-z, r-r-r-r-r-r-r.
Mereka sudah sangat tinggi. Tunggu sebentar, seru Janneke. Anakku ketinggalan! Tetapi kita sudah berada di angkasa, kata Jip.
Apakah Anda akan mendarat lagi, Pilot? Karena anakku masih ada di bawah.
Sekarang keluarlah, kata Pilot. Untuk kali ini saja.
Z-z-z-z-z-z-z, r-r-r-r-r-r. Mereka sudah mau mendarat. Aku akan menjemput anakku, kata Ibu. Dia datang dengan membawa Poppejans. Memakai topi.
Syukurlah, kini kita pergi ke Paris. Perjalanan itu berlangsung sangat cepat dengan helikopter. Mereka bermain sangat lama, sangat lama. Begitu lama.
Sampai Janneke berkata: Aku lapar! Ibu! seru Janneke. Aku haus.
Oh ya, kata Ibu. Aku sama sekali lupa makan. Aku sedang menghisap debu.
Jip dan Janneke menganggap itu gila. Seorang Ibu yang telah lupa makan. Itu tak pernah terjadi.
5. Jonas Dalam Ikan Paus
Hari ini Lien datang. Dia datang tiap hari minggu. Lien datang membereskan kamar-kamar.
Jip dan Janneke selalu meminta: Lakukan hal yang lucu, Lien!
Karena Lien bisa melakukan hal yang sangat lucu. Dia bisa menarik wajahnya menjadi lucu. Dia juga bisa menari secara lucu. Dia juga bisa melakukan seluruh permainan yang lucu.
Lakukan lagi kelucuan, Lien! pinta Jip.
Tidak, kata Lien. Aku tidak punya waktu, Jip. Aku harus membereskan kamar tidur. Nanti pada waktu istirahat aku akan melucu.
Tetapi itu terjadi masih sangat lama untuk minum kopi. Jip dan Janneke mengintip ke dalam kamar tidur. Ibu dan Lien berdiri di atas balkon. Mereka membersihkan seprai dengan memukul-mukulnya.
Hei, kata Jip. Bolehkah kita melakukan atas Jonas?
Majulah, kata Ibu. Kau yang pertama, Jip. Kemarilah. Selanjutnya Jip boleh di dalam seprai. Ibu berada dalam satu sisi dan Lien di sisi lain. Lalu seprai itu bergerak kian kemari.
Sewaktu Jonas berada dalam perut dalam perut ikan paus, Dari kamu satu, dua, tiga...
Bum, Jip jatuh ke atas tempat tidur besar. Dia bersorak karena senang. Kini Janneke boleh. Kesanalah kau sayang, kata Lien.
Ketika Jonas duduk dalam ikan paus, Dari kau satu, dua, tiga...
Pats! Janneke jatuh ke atas tempat tidur besar. Dia harus tertawa. Kau turun ke bawah, kata ibu. Apakah kita akan pergi minum kopi? tanya Jip.
Segera, sayang... . Tak lama kemudian ibu dan Lien minum kopi. Jip dan Janneke masing-masing mendapat cokelat. Kemudian mereka merengek lagi. Lien, buatlah hal-hal lucu ...... Lalu Lien memasang wajah yang sangat lucu. Dia menari sampai ke dapur. Sangat menyenangkan.
Sayang sekali Lien tidak datang setiap hari.
6. Bercukur
Ayah sudah siap untuk bercukur. Boleh aku minta sedikit? tanya Jip. Ini kau mendapat sedikit busa, kata ayah, dan dia memberi Jip busa. Jip melumuri busa itu ke pipinya. Tambah lagi, katanya. Ayah memberinya lagi sedikit. Sekarang begitu asli. Sama seperti ayah. Jip punya tongkat. Sebuah tongkat rata untuk bercukur. Di sanalah dia menggantung cermin.
Janneke datang. Kau mau ikut keluar? katanya. Aku harus bercukur dulu, kata Jip. Kenapa kau berdiri di atas bangku? tanya Janneke. Aku harus bisa melihat ke dalam cermin, kata Jip. Sedangkan cermin itu terlalu tinggi.
Sekarang kau ikut keluar?, tanya Janneke. Tidak, kata Jip. Masih sangat lama. Lalu Janneke marah. Jika Janneke marah dia sangat buru-buru. Dia menarik kaki bangku itu. Owee, jatuhlah bangku itu. Jip jatuh di atas lantai. Dengan bunyi yang keras. Peralatan cukurnya juga ikut jatuh. Setengah buih masih tertinggal di wajahnya. Dia menangis. Air matanya jatuh di atas busa.
Janneke begitu takut. Aku melakukannya tak sengaja, katanya.
Tidak benar, kata Jip. Kau melakukannya dengan sengaja. Bukan, kata Janneke. Aku tidak tahu bahwa kau akan jatuh.
Lalu ayah datang. Dan berkata: Apakah kau merasa sakit, Jip?
Tidak, kata Jip. Tapi aku marah.
Anak laki-laki tidak boleh menangis kalau mereka marah, kata ayah. Oleh karenanya kau bukankah seorang laki-laki? Kau bercukur bukan?
Ya, kata Jip. Kemudian dia mengusap air matanya. Tapi tak sengaja dia telah menghapus busa ........ .
Kemarilah, kata ayah. Sebuah saputangan kecil di atas wajahnya. Seudah itu bermain dengan Janneke dengan senangnya. Tidak ada marah lagi.
Lalu Jip dan Janneke pergi keluar. Mereka tidak pernah saling marah dalam waktu sangat lama.
7. Lompat Tali
Lihat, kata Janneke. Kita akan bermain lompat tali.
Bagaimana caranya? tanya Jip. Aku akan mengikat tali ini di pagar, kata Janneke. Begitu. Sesudah itu kau harus memutarnya. Lalu Janneke mengajari Jip bagaimana dia harus memutar tali.
Selanjutnya aku akan melompat, kata Janneke. Dia melakukannya dengan sangat baik. Dia melompat sangat indah. Dia melompat sambil bernyanyi: Dalam jaringan, tali lengkung kedalam, dari senda gurau, tali lengkung keluar.
Kini aku ingin pula melompat tali, kata Jip. Bagus, kata Janneke. Lalu aku akan memutar. Jip mencoba pula untuk melompat. Tetapi oh! Dia mengenai dengan kedua kakinya, sama sekali tersangkut di tali. Lalu dia jatuh. Dia marah. Itu adalah kesalahanmu! serunya. Kau tidak memutar dengan baik.
Aku sudah memutar dengan baik, kata Janneke. Tetapi kau tidak bisa melompat.
Benar, kata Jip. Tidak benar! hardik Janneke.
Nah, nah, kata Ibu. Apa yang aku dengar lagi sekarang?
Janneke tidak bisa memutar, kata Jip.
Jip tidak bisa melompat, kata Janneke. Dan mereka saling mempertahankan pendapat. Kini, kata Ibu. Aku tahu apa yang akan dilakukan. Aku memegang tali lompat pada sisi sebelah sini. Janneke pada sisi yang lain. kemudian kita akan memutar sangat pelan, Janneke. Untuk selanjutnya kau harus melompat perlahan, Jip. Dan itu akan berlangsung lancar.
Dan itu terjadi juga. Dan kini Jip bisa juga.
Dia melompat sepanjang waktu. Selanjutnya dia berkata: Aku sudah cukup. Kau mau bermain kuda, Janneke? Aku akan menunggang kudanya. Lalu Janneke mengikat tali untuk sarana Jip. Dia adalah kudanya. Sedangkan Janneke seorang petani.
Sentakan kuda, dia berkata.
Jip berlari kencang melalui padang rumput. Itu masih lebih menyenangkan daripada bermain lompat tali.
8. Makan Cacing
Tidak, kata Jip kepada burung-burung kecil. Kini kalian tidak mendapat apa-apa lagi. Kalian tidak menerima roti lagi. Sebab kini musim semi. Sekarang kalian hanya makan cacing saja.
Mereka sebaiknya makan beberapa potong roti, kata Janneke. Tapi terlebih dulu mereka makan cacing-cacing dan sesudah itu roti. Sebagai pencuci mulut. Sesudah itu Janneke menebarkan remah roti empuk pada tepi jendela. Tetapi burung-burung kecil kabur. Di sana sudah bertengger salah satu dari burung itu bernyanyi di pohon-pohon pir.
Lihat, kata Ibu. Burung-burung kecil akan berada di kawasan selatan. Selama musim dingin. Burung-burung selalu mengungsi sepanjang musim dingin. Perjalanan yang jauh. Pada awal tahun mereka akan kembali.
Seberapa jauh? Oh, kata Ibu. Sama sekali sampai Afrika. Di mana udara hangat. Mereka tidak menyukai es dan salju. Mereka pergi dalam musim gugur. Lalu pada bulan Maret, mereka kembali lagi.
Itu juga harus kita lakukan, kata Jip.
Apa benar, kata Janneke. Apakah kita pergi jauh selama musim dingin? Ke selatan? Ke Afrika? Dan kembali lagi pada awal tahun? Aku berpendapat itu menyenangkan, kata Ibu. Tapi burung-burung punya sayap sehingga mereka bisa terbang. Sedangkan kita tidak punya.
Kita juga bisa terbang, kata Jip. Dengan sebuah pesawat terbang. Itu butuh sejumlah uang, kata Ibu. Sementara kita tidak punya.
Jip dan Janneke melihat burung terbang sepanjang waktu. Mereka bisa pergi sangat jauh. Dengan sayap mereka sendiri. Sangat murah. Mereka iri.
Aku mau jadi seekor burung, kata Jip. Lalu kau harus pula makan cacing-cacing itu, kata Janneke.
Oya, kata Jip. Tidak, aku lebih suka menjadi seorang anak laki-laki. Dan makan selapis roti bermentega, kata ibu. Ayo cepat, rotinya sudah siap.
Sesudah itu mereka pergi makan.
9. Siep yang malang
Kini kalian begitu kotor, kata ibu. Kini kau harus segera masuk kedalam bak mandi. Keduanya. Ya, Jip dan Janneke keduanya hitam legam! Mereka dari kebun. Mereka sudah membantu menggarap tanah. Mari, kata ibu. Sebuah tempat mandi enak yang hangat. Cepatlah masuk kedalamnya. Jip merasakan pula melalui kakinya. Masih terlalu panas, kata dia. Kemudian aku membuat sedikit lebih dingin, kata ibu. Kran hidup ssssss ……… Plons, Jip sudah berada dalam air. Janneke juga. Lalu mereka segera menggelepar dengan kaki-kaki mereka.
Itu menyerupai badai, kata ibu. Jangan terlalu keras. Kau telah memercikku sehingga basah kuyup. Tetapi Jip dan Janneke sangat gembira. Mereka masih memukul lebih banyak dengan kaki-kaki mereka. Ibu menjadi basah kuyup. Seluruh kamar juga basah kuyup. Ibu tertawa. Tetapi mereka harus keluar sekarang. Lalu dia mengangkat Jip lalu membersihkannya dengan sabun. Sesudah itu dia memandikan Janneke. Sangat erat. Dan menyabuni rambut mereka. Banyak buihnya. Mereka menyerupai anak domba kecil dengan rambut keriting yang putih.
Syukurlah dan sekarang pembersih tangan pada rambut. Itu menyenangkan. Seperti penyiraman, Jip boleh juga bermain dengan benda itu.
Lihat, Siep datang untuk melihat kamar mandi. Tetapi itu kebodohan Siep. Sebab dia telah terkena air yang sangat panas dari tungku. Siep malang. Dia tidak suka air. Dia takut basah. Dengan cepat dia merangkak ke balik bak mandi. Pada waktu dia melihat kesempatan, dia melompat ke luar pintu. Akhirnya, kata ibu. Kalian tampak bersih ……… . Di sana Jip dan Janneke berdiri kedinginan di atas tikar. Lalu mereka dikeringkan dengan sebuah handuk besar. Tak lama sesudah itu wajah mereka kembali kemerahan. Begitu bersih.
Berapa lama akan seperti itu?
10. T e n d a
Lihat, kata Jip. Aku membuat sebuah tenda.
Boleh aku masuk? Tanya Janneke. Ya, kita segera masuk bersama, kata Jip.
Jip punya sebuah seperai lama. Dia membuat sebuah tenda dekat bangku. Kini kami mengambil 2 bantal lagi. Itu untuk dalam tenda. Dan kini mereka bisa bersama duduk di dalam tenda. Gelap, ya? Kata Jip. Ya, kata Janneke. Boleh Poppejans juga masuk? Ya, dan beruang juga. Kini mereka punya rumah asli. Ini Siepe datang, kucing. Apakah juga ingin masuk, Siep? Tanya Janneke. Tapi Siepe berpikir bahwa Jip dan Janneke mau bermain dengannya. Dan menjulurkan kakinya dengan cepat keluar. Dan O, dia mengambil kukuku di atas hidung, Jip. Kini dia punya barut utuh diatas hidungnya. Dan dia menggaruk. Ibu buru-buru datang mendekat dengan cepat. Apa yang terjadi, Jip?
Pu-hu-hus ……. Jip tersedu. Pus yang jelek. Apakah kau sudah mengganggu Siep? Tanya ibu. Tidak, Janneke bercerita. Kami sungguh tidak mengganggu pus. Tetapi dia sudah akan bermain dan mencakar pada waktu itu.
Ibu memberi Jip sebuah ciuman dan sebuah coklat. Dan sesudah itu udara berganti. Kau tahu sesuatu, kata ibu. Kita akan memasang sarung tangan kepada poes. Oleh karena itu dia tidak bisa lagi menggunakan kukunya. Ya, kata Janneke. Sarung tangan kecil. Tetapi Siep sudah lama pergi. Dia duduk diluar di sebuah pohon dan dia memandang burung-burung. Dia tidak mau memakai sarung tangan, kata Jip. Kucing-kucing tidak mau sarung tangan. Sesudah itu Jip dan Janneke pergi lagi ke dalam tenda. Babi hutan ada di dalam. Demikian pula boneka, Takki pun sama inginnya. Dan Poes tidak boleh lagi.

Pelajaran Bahasa Asing

Dari dalam halaman situs web ini, Anda pun dapat mempelajari salah satu bahasa asing yaitu:

  1. Bahasa Inggris

  2. Bahasa Prancis

  3. Bahasa Jerman

  4. Bahasa Belanda

  5. Bahasa Portugis

Jika Anda ingin belajar lebih jauh mengenai bahasa-bahasa asing ini, Anda juga bisa mengunduh (download) e-booknya secara gratis!

Pilihlah ebook bahasa di bawah ini sesuai dengan minat Anda!

Selamat belajar,  semoga sukses!.