PelajaranDownload!Dunia Anak!Situs Bahasa Asing

Selamat datang ke situs bahasa asing di Indonesia!

Pelajaran dan Download Free Download!Ebook Gratis!

  1. Bahasa Inggris       england           E-book Inggris Gratis     book

  2. Bahasa Prancis     Prancis            E-book Prancis Gratis    boy

  3. Bahasa Belanda     Belanda           E-book Belanda Gratis    books

  4. Bahasa Jerman       Jerman            E-book Jerman Gratis      book stand

  5. Bahasa Lain               Bahasa lain          E-book Bahasa Lain         dark book

  6. Google
     
    Web kursusgratis.50webs.com
     

Jip dan Janneke LIMA


1. Takkie yang tolol
kura-kura dalam perahu!Kau ikut, Takkie?, seru Jip.
Waf, waf jawab Takkie. Dan itu artinya dengan senang hati, kata majikan kecil.
Ayo, kata Jip. Kita pergi berjalan-jalan ke tujuan akhir. Janneke pergi pula. Mereka bertiga pergi ke sana. Takkie menilai itu mengasyikkan. Dia selalu ingin ikut. Terkadang dia mencoba menangkap burung-burung kecil. Tetapi sejauh ini tidak pernah berhasil. Burung-burung kecil terbang terlalu cepat.
Waf, waf, seru Takkie lagi. Seandainya aku bisa terbang! Aku akan menangkap mereka. Sekarang kau harus tinggal di sini, kata Janneke. Dan jangan selalu berlari kencang. Takkie.
Tetapi Takkie amat gembira. O yee apa itu? Di atas sana ada seekor kucing. Di atas tepi jendela. Pinggir jendela dalam sebuah rumah.
Takkie berdiri dimuka rumah itu. Dan dia menyalak dengan suara keras. Waf waf gr – r – r – woef!. Kucing itu berdiri. Dia menaikkan punggungnya. Dia mengeluarkan ekornya yang sangat tebal.
Kemari, Tak! Seru Jip.
Namun Takkie tidak datang. Dia melompat ke atas, ke kucing. Dia ingin menggigit kucing itu. Dan kucing itu memukul dengan kakinya. O, o di atas hidung Takkie. Dengan semua kuku-kukunya.
Jeng. Jeng, tangis Takkie. Dan kini dia kembali lagi.
Dia terkena sebuah cakaran di atas hidungnya. Rasanya sakit.
Kau lihat, kata Jip. Kau rasakan itu.
Takkie punya ekor di antara kaki-kakinya. Dia sangat pedih. Janneke menggendongnya. Dia membawanya pulang.
Tunggu, sayang, kata Janneke. Kita akan membungkusnya dengan plester di rumah.
Dan ketika dia sampai di rumah, dia memasang sebuah plester di hidung Takkie. Sangat bagus. Tapi dia tidak suka. Dia menggosok hidungnya pada daun pintu. Tidak beberapa lama, plester itu copot.
Takkie tolol, kata Jip. Biarkan, kata ibu. Anjing tidak suka plester. Biarlah semua hal itu berjalan dengan sendirinya.
Masih maukah kau menyalak kepada kucing asing?, tanya Jip. Sekarang dia sudah tahu apa yang terjadi. Waf, kata Takkie. Dan itu artinya jika aku bertemu kucing yang sama, akau akan memburunya lagi.
Karena Takkie adalah seekor anak anjing yang sangat bodoh.


2. Mengecat
dinasaurusTukang cat sudah datang. Dia mengecat. Dia mengecat jendela-jendela kamar Jip. Jip dan Janneke berdiri menonton. Mereka ingin pula mengecat.
Apakah kami boleh bergabung? Itu tidak boleh. Akan membuat kalian kotor.
Sungguh sayang. Sebab terlihat begitu menyenangkan, kerangka jendela menjadi biru cerah. Pintu juga menjadi biru cerah. Jip dan Janneke hanya boleh menonton saja.
Pada suatu saat tukang cat pergi tetapi dia membiarkan kaleng cat terbuka. Didekatnya tergeletak 2 buah kuas.
Apakah kita akan mengecat sesuatu? Kata Jip. Itu tidak boleh, kata Janneke.
Hanya sebentar, kata Jip.
Tetapi kemudian mereka mendengar seseorang datang. Di gang. Lalu Jip ketakutan.
Dia akan menyingkirkan kuas dengan cepat tetapi dia malahan melempar kaleng cat itu. O, o dan seluruh isi kaleng cat mengalir ke lantai. Cat biru itu mengalir di atas permukaan. O, o Jib begitu takut. Juga Janneke. Tidak ada seorang pun di gang. Hanya satu, Takkie.
Dia kini masuk dengan mengibaskan ekornya. Kau tahu sesuatu, kata Jip. Aku akan mengecat lantai menjadi rapi. Kaleng itu kini juga sudah tumpah. Kini aku akan mengecat seluruh lantai menjadi biru. Aku akan membantu, kata Janneke. Lantai akan menjadi biru semuanya.
Itu lantai kayu. Terbuat dari papan. Dan Jip meratakan cat dengan baik. Lihat, kata dia, katanya, itu sangat cantik.
Janneke membantu. Mereka anggap itu bagus. Tetapi kemudian ayah Jip datang. Dia bahkan melihat pula sekitar pintu dan berseru: apa yang telah terjadi?
Kami mengecat, kata Jip. Kami mengecat lantai, kata Janneke.
Dan mereka melihat ayah. Mereka berdua duduk diatas lantai yang sudah cat. Mereka menjadi biru seluruhnya. Keduanya. Ayah begitu marah. Tetapi akhirnya dia tertawa juga. Bah, alangkah kotornya, kata dia. Begitu berantakan. Dan mereka harus memberitahu ibu. Dan Takkie berjalan melalui cat. Tak disengaja kaki-kakinya menjadi biru pula sekarang. Alangkah nakalnya anak-anak ini!.
Sekarang mereka harus menghapus cat itu. Dengan terpentin. Dan setelah itu dicuci.
Dan mereka tidak boleh lagi menonton tukang cat. Itu bukan urusanmu, kata ibu.


3. Papan jungkat-jungkit
main sirkus ya!Sebuah jungkat-jungkit! Seru Jip. Ya, ke Janneke. Sebuah jungkat-jungkit asli.
Ya, sayang, ada satu buah. Di sana dalam taman, pada tempat berpasir ada jungkat-jungkit asli.
Kau ikut? Tanya Jip. Dan Janneke ikut pergi. Kesanalah mereka pergi.
Permainan itu sangat bagus. Hup, Jip turun. Hup, Janneke naik. Hup, Jip ke atas.
Jangan terlalu keras, Jip, kata Janneke. Nanti aku jatuh.
Tetapi Jip menanggap sangat menyenangkan bila dilakukan dengan sangat keras.
Ibu juga datang menonton. Itu sangat bagus, kata ibu. Jip di atas jungkat-jungkit. Itu persamaan bunyi. Jip di atas jungkat-jungkit: Jip, di atas jungkat-jungkit, seru Janneke. Itu suatu perimbangan permainan yang cantik.
Jangan terlalu keras, Jip, seru ibu. Janneke akan jatuh. Tetapi memang harus begitu, seru Jip. Dan hup, giliran dia lagi. Sangat keras. O Poppejans terjatuh. Dia jatuh tunggang langgang ke bawah.
Berhenti, teriak Janneke. Suatu kecelakaan. Poppejans. Mereka dengan cepat turun dari jungkat-jungkit. Dan Janneke memungut anaknya.
Dia terluka, kata Janneke.
Kau harus memperbannya, kata Jip.
Poppejans yang malang. Jip dan Janneke membawanya pulang. Dan ibu memberi sebuah perban mengelilingi kepalanya.
Dia terlihat sangat cantik. Samasekali asli.
Kini kau harus berbaring, sayang, kata Janneke. Dan tidur. Dan Poppejans harus ke tempat tidurnya. Sekarang kau harus berjalan secara perlahan, kata Janneke. Dan berbicara sangat pelan. Karena Poppejans sedang terluka.
Itu karena kesalahan dari jungkat-jungkit, kata Jip.
Bukan, itu salahmu, kata Janneke. Aku tidak pernah mau lagi main jungkat-jungkit dengan kamu. Aku akan main sendiri, kata Jip.
Tetapi itu omong kosong. Karena kau tidak bisa main jungkat-jungkit sendiri.


4. Anak kucing terlalu banyak
kura-kura dalam perahu!Jip menggendong anak kucing berwarna abu-abu. Dan Janneke membawa anak kucing berwarna hitam. Ibu berkata: Sekarang kalian harus membawa serta anak-anak kecing itu dari sini. Kepada nyonya Van Riet. Di Pojok, kau tahu, bukan? Dia mau kalian membawa kucing itu.
Jip sedikit menangis. Dia merasa begitu sedih karena anak-anak kucing harus pergi. Mereka sungguh manis.
Aku pikir Siepie sangat menderita jika anak-anaknya hilang, kata Jip.
Aku tidak berpikir seperti itu, kata ibu. Siepie masih punya seekor anaknya yang lain.
Tetapi 2 kucing kecil sedih, kata Janneke. Jika mereka tidak melihat ibu mereka lagi, mereka menangis.
Tidak, aku tidak percaya itu, kata ibu. Mereka saling memiliki. Dan mereka sekarang sedih besar. Mereka bisa hidup tanpa ibu mereka. Pergilah sekarang. Aku masih mau menyentuh mereka, kata Jip.
Dengarkan, kata ibu. Kita memelihara mereka satu sekarang. Kita tidak bisa merawat empat kucing. Itu terlampau banyak. Kalau mereka sudah besar, pemuda kucing akan menerima pula pemuda kucing. Dan begitulah seterusnya …………
Selanjutnya kita akan mendapat lagi kucing muda, kata Janneke. Dan akan jadi menjadi jutaan!
Pergilah sekarang, kata ibu. Dan ucapkan salam kepada nyonya itu. Lalu pergilah Jip dan Janneke. Bersama anak-anak kucing. Mereke menekan bel rumah nyonya Van Riet.
Apakah kalian di sana? Kata nyonya. Ach kalian membawa anak kucing itu? Begitu manis.
Anda harus tampak sangat cantik untuk mereka, seru Jip. Semuanya sangat cantik. Kalau tidak anda tidak boleh memilikinya. Dia terlihat sedikit marah.
aku akan tampil sangat manis untuk mereka, kata nyonya Van Riet. Lihat, betapa menyenangkan keranjang itu untuk mereka.
Ya sebuah keranjang yang sangat bagus dengan sebuah bantal kecil. Dan apakah mereka juga menerima makanan yang enak?, tanya Janneke.
Ya sayang, aku akan memberi mereka ikan. Mereka sangat suka ikan. Jip dan Janneke masing-masing mendapat satu potong kue. Dan mereka membiarkan anak-anak kucing sekarang berjalan, dalam kamar.
Anak-anak kucing duduk diam, sedikit ketakutan.
Mereka tidak mau tinggal di sini, kata Jip. Mereka ingin pulang.
Ya, kata Janneke. Mereka ingin pergi dari sini. Kami membawa mereka kembali.
Tidak, kata nyonya Van Riet. Mereka hanya ingin sendiri. Datanglah besok dan lihat mereka lagi. Kau akan melihat bahwa mereka bermain bersama.
Jip dan Janneke pulang ke rumah dengan perasaan pedih. Di sana Siepe duduk. Dengan kucing kecilnya Vlekkie. Siepe sama sekali tidak sedih. Dia tidak menunjukkan tanda bahwa kedua anaknya sudah hilang.
Kau seorang ibu yang bodoh, kata Jip. Kau sama sekali tidak bisa berhitung.
Dan keesokan harinya dengan cepat mereka pergi melihat anak-anak kucing di rumah nyonya Van Riet.
Anak-anak kucing merasakan kesenangan yang luar biasa secara bersama-sama. Mereka berlari saling berkejaran melalui kamar.
Kau lihat bukan bahwa di sini pun mereka sudah merasa betah? Ya, kata Jip dan Janneke.
Dan sekarang anak-anak kucing itu beristirahat.


5. Sinterklas datang
kanguru!Jip bangun pagi sekali. Hari pun masih gelap. Belum ada orang yang bangun. Begitu sepi di dalam rumah. Tapi Jip sedang berpikir: Aku harus turun ke bawah. Aku ingin melihat adakah sesuatu di dalam sepatuku. Sebab Jip sudah memasukkan jerami di dalam sepatunya. Sesudah itu dia berjalan menuruni anak tangga. Dia membuka pintu kamar dan melihat kedalam sepatunya. Sepatu itu terletak pada perapian terbuka.
Jerami di dalam sepatu sudah hilang. Ada seekor hewan gula dalam sepatu. Seekor hewan gula berwarna hijau yang cantik. Jip mengeluarkan hewan itu. Tetapi dia tidak gembira. Dia sudah minta sebuah mobil keran. Sekarang dia hanya punya satu-satunya seekor hewan gula.
Mungkin tetap tergantung dalam cerobong atap, pikir Jip.
Mungkin masih berada dalam cerobong atap, kado asli.
Jip merangkak kedalam perapian. Di atasnya ada sebuah lobang. Lobang cerobong atap. Dia memasukkan kepalanya kedalam cerobong dan meraba dengan tangan-tangannya. Tapi dia tidak merasakan apa-apa. Sesudah itu Jip duduk disebelah sepatu. Dengan mengenakan pakaian pemanas rumah sambil menangis.
Tidak ada mobil keran sebab hanya adan seekor hewan gula.
Ada apa? Kata ayah. Ayah masuk lalu terkejut. Apa yang telah kau lakukan di situ? H-u-u-u sedu Jip. Aku mau sebuah mobil keran.
Ayah tertawa. Kau tidak boleh tertawa, seru Jip. Itu lumrah.
Jip, kata ayah. Pergilah ke cermin. Lihat kedalam cermin. Jip melihat. Dia hitam legam. Mukanya penuh dengan sapuan basah berwarna hitam. Tangan-tangannya hitam pekat. Dia tertawa sampai mengeluarkan air mata.
Aku sehitam Piet, katanya.
Ya, kata ayah. Sekarang kau harus dengar baik-baik, Jip. Hari ini baru 3 Desember. Dan Sinterklas muncul ……. ?
Tanggal 5 Desember, kata Jip. Benar, kata ayah. Jadi pada tanggal 5 Desember, mungkin kau mendapat mobil keran. Mungkin, kataku.
Tapi masih malam Sint sudah melempar seekor hewan gula melalui cerobong atap. Seandainya dia melihat kamu menangis, dia akan berkata: O Jip tidak menyukai hewan gula! Dia tidak mendapat sesuatu apa pun dalam sepatunya.
Aku tidak menangis lagi, kata Jip.
Bagus, kata ayah.
Janneke bertanya : apakah benar Sint akan berulang tahun 5 Desember?
Benar, kata ibu. Itulah hari ulang tahunnya. Lalu dia tidak mendapat apa-apa berkaitan dengan ulang tahunnya itu?
Tidak, kata ibu. Dia tidak menerima apa pun. Dia hanya memberi kado, dia tidak mendapat apapun. Betapa anehnya? kata Janneke.
Dia sendiri yang mau begitu, kata ibu.
Hal itu menurutku cukup menyedihkan, kata Janneke. Aku akan memberi sesuatu kepada Sinterklas. Baik, kata ibu. Kau akan memberi dia apa?
Aku akan mengkalungi sebuah syal baginya, kata Janneke. Tetapi kau harus cepat bergerak, kata ibu. Kalau tidak dia akan pergi.
Tetapi Janneke bisa mengkalungi dengan cepat. Dia menggunakan sengkelit yang sangat besar. Sesudah 1 jam berlalu, segalanya beres.
Lihat, kata Janneke. Cantik bukan?
Itu hanyalah sebuah syal kecil, kata ibu. Ya, kata Janneke. Tetapi warnanya kuning yang manis. Itu hanya berupa syal yang sangat kecil, kata ibu. Tidak akan cukup mengkalungi lehernya, kupikir. Namun syal itu merupakan sesuatu yang manis darimu. Kita akan meletakkan syal tersebut di dalam sepatumu. Lalu kita akan menulis sepucuk surat di sebelahnya. Kau telah membuatnya sendiri. Itu syal. Kalau tidak kuda mungkin berpikir sehingga sesuatu itu dapat dimakan habis.
Lalu mereka lakukan. Dan pagi berikutnya Janneke menemukan sepucuk surat dari Sint dalam sepatunya. Di sana tertulis:

Janneke sayang. Apa yang bisa kau lakukan itu cantik. Syal kecil itu tidak cukup di leherku. Tetapi dia cukup di jenggotku. Jika aku mencuci leherku. Siang Janneke.

Janneke bertanya : apa artinya? Seperti dia mencuci lehernya? Ibu berkata: Aku berpikir bahwa dia tidak pernah bisa membersihkan sebagus lehernya. Dengan jenggot itu. Sekarang dia mengelus jenggot itu. Begitu pun dengan syalmu.
Oh ya, kata Janneke. Dia sangat bangga.

Jip dan Janneke berdiri di depan cerobong atap. Mereka harus menyanyikan sebuah nyanyian. Ayam jantan Sinterklas! Jip bernyanyi sangat keras.
Dengar, sesuaikan nada, anak-anak, seru Janneke. Lebih keras lagi.
Dengarkan, kata ayah. Tidak bisa begitu. Kalau kalian bernyanyi lagi, kau harus melakukan secara bersama-sama. Keduanya dengan lagu yang sama. Jika tidak itu akan kacau.
Tetapi Jip hanya menyanyi ayam jantan Sinterklas. Janneke hanya mau Hoor, yang sesuai dengan anak-anak. Sehingga terjadi perselisihan. Jip menendang sepatu Janneke. Janneke melempar sepatu milik Jip. Semua jerami berterbangan keseluruh kamar.
Apakah kalian semuanya sakit!, kata ibu marah. Itu cara sangat bagus. Sinterklas akan sangat sedih jika dia sudah melihat itu.
Apakah dia berdiri di atas atap tanpa Jip. Ya, akan, kata ayah.
Aku akan lihat pula, kata Jip. Dan dia mau ke jalan. Tidak!, seru ayah. Dan dia masih memegang Jip seperti jas piyama. Apa yang kau pikirkan? Hari gelap dan dingin!
Mari, kata ibu. Aku menyanyi bersama kalian. Pertama ayam jantan Sinterklas!. Dan kemudian Hoor, yang sesuai.
Dan itu berlangsung baik.
Jip memberi Janneke sebuah ciuman.
Dan Janneke memberi Jip sebuah ciuman.
Dan menyingkirkan semua jerami lagi.
Dan mereke pergi tidur.
6. Hari Amat Dingin
Jip bangun. Kemudian Jip melihat keluar. O, o semua putih. Salju! Teriak Jip. Tidak, kata ibu. Di sana tidak ada salju. Semua salju sudah membeku. Rumput menjadi putih karena beku.
Aku mau keluar, kata Jip.
Makan dulu rotimu, kata ibu. Jip melahap rotinya. Janneke sudah datang ke tempat mereka. Dia membawa sebuah kopiah dan sarung tangan dari kain wol. Juga selembar syal tebal. Lalu satu setel pakaian.
Kau ikut, Jip? Kata Janneke. Salju sudah membeku.
Ya, kata Jip. Aku sudah selesai makan. Aku ikut. Jip mengenakan pula pakaian yang tebal. Jip ikut keluar. Di luar udara sangat cantik. Semuanya serba putih. Cabang-cabang, rumput, pagar, pohon pagar semuanya putih. Bahkan kau bisa menulis hanya dengan jarimu. Saat itu mereka sudah berada di atas lereng. Namun sayang lapisan es masih sangat tipis. Kau berani di atasnya? Tanya Janneke.
Tidak, kata Jip. Itu berbahaya. Itu tidak boleh.
Kau berani melewatinya? Tanya Janneke. Ya, kata Jip.
Takkie tidak berani di atasnya? Bukankah dia sangat kecil sehingga dia tidak akan tenggelam.
Pergilah ke atas es itu, Takkie, perintah Jip. Tetapi Takkie tidak berani. Dia tetap di sini. Terus, seru Janneke. Dia melempar sebuah batu di atas es. Tetapi Takkie tidak mengambil batu itu. Dia takut. Dia tidak mau pergi ke atas es.
Kemari, Tak, kata Jip. Batu besar ini harus kau ambil. Lalu dia melempar sebuah batu besar ke atas es. Krak, bunyi es. Es telah pecah. Seekor bintang cantik didalamnya. Lihat kau belum bisa berada di atas es.
Jip dan Janneke masuk kedalam rumah. Angin kencang bertiup. Hari menjadi sangat dingin. Takkie telah menggigil kedinginan. Takkie memang tidak punya kopiah, tidak punya syal dan dia tidak memakai celana.
7. S u p
Apakah aku juga harus makan sup kapri? Tanya Jip. Ya, kata ibu. Janneke berpendapat sup itu enak. He, Janneke? Kemudian Janneke hari ini makan di sini. Kami makan sup kapri bersama.
Aku tidak suka sup kapri, kata Jip. Bubur itu terlihat jorok. Sup itu bagiku sangat tidak enak. Ayo, kata ibu. Kau boleh lihat bagaimana aku mengolah menjadi sup kapri.
Jip dan Janneke bersama-sama akan melihat di dapur. Di sana sudah tersedia sebuah panci yang besar. Sebuah panci yang amat besar. Lalu di dalamnya sudah ada sup.
Baunya sangat harum. Bahkan Jip boleh pula membantu mengaduk. Hati-hati, sayang, kata ibu. Jangan sampai sesuatu terjatuh kedalamnya, Jip. Aku bilang padamu, kata Janneke. Jangan sampai ada sesuatu jatuh kedalam, Jip. Kau samasekali masih hijau dan karena itu kami harus mengajarimu.
Tetapi Jip tidak menjatuhkan sesuatu kedalamnya. Dia mengaduk dengan sebuah sendok kayu besar.
Sekarang aku lagi, kata Janneke. Dia juga mengaduk sup kapri.
Ayo, kata ibu. Aku akan memotong usus cincang. Apakah kau mau, Jip?
Ya, kata Jip. Enak. Lalu ibu memotong usus yang bulat dan besar. Ke dalam empat potongan. Satu untuk ayah, Satu untuk ibu. Satu untuk Jip dan satu lagi untuk Janneke. Sesudah itu mereka sudah berada di meja makan.
Sepiring kecil sup, kata ayah. Ayo, orang-orang terkenal selalu makan sup kapri. Dengan cara itu sedikit membantu. Jip makan satu piring penuh. Jauh lebih banyak daripada Janneke. Ditambah satu potong besar roti diolesi mentega. Sekarang perutku menjadi sangat gendut, kata Jip. Sangat gendut.
Dan perutku juga, kata Janneke.

Pelajaran Bahasa Asing

Dari dalam halaman situs web ini, Anda pun dapat mempelajari salah satu bahasa asing yaitu:

  1. Bahasa Inggris

  2. Bahasa Prancis

  3. Bahasa Jerman

  4. Bahasa Belanda

  5. Bahasa Portugis

Jika Anda ingin belajar lebih jauh mengenai bahasa-bahasa asing ini, Anda juga bisa mengunduh (download) e-booknya secara gratis!

Pilihlah ebook bahasa di bawah ini sesuai dengan minat Anda!

Selamat belajar,  semoga sukses!.