PelajaranDownload!Dunia Anak!Situs Bahasa Asing

Selamat datang ke situs bahasa asing di Indonesia!

Pelajaran dan Download Free Download!Ebook Gratis!

  1. Bahasa Inggris       england           E-book Inggris Gratis     book

  2. Bahasa Prancis     Prancis            E-book Prancis Gratis    boy

  3. Bahasa Belanda     Belanda           E-book Belanda Gratis    books

  4. Bahasa Jerman       Jerman            E-book Jerman Gratis      book stand

  5. Bahasa Lain               Bahasa lain          E-book Bahasa Lain         dark book

  6. Google
     
    Web kursusgratis.50webs.com
     

Jip dan Janneke EMPAT


1. Cis, kotor
burung menetesJip harus berbelanja. Janneke ikut. Apa yang harus kau beli? kata Janneke.
Satu setengah pon gula tidak murni, kata Jip. Satu setengah pon tepung unutuk kue tart apel. Apakah kau tidak perlu keranjang untuk membawanya? tanya Janneke. Tidak, kata Jip. Itu tidak perlu.
Siang anak-anak, kata pedagang bahan pokok. Mau beli apa?
Satu setengah pon gula tidak murni dan satu setengah pon tepung, kata Jip. Pedagang itu menimbang dengan tertib. Jip menerima dua bungkusan. Mereka melanjutkan belanja.
Jangan sampai jatuh, Jip, kata Janneke.
Aku tidak pernah membiarkan sesuatu terjatuh, kata Jip. Dan dia berjalan terus lebih keras.
Oh, lihat! Jembatan terbuka. Jip dan Janneke pergi melihat-lihat. Karena sebuah kapal datang melintas. Jip meletakkan bungkusan-bungkusan itu di atas pagar.
Bum, jembatan menutup lagi.
Jip mengambil bungkusan-bungkusan itu lagi. Namun o yee, ada sebuah lubang kecil pada salah satu bungkusan. Gula tumpah keluar. Jip menahan lobang itu dengan tangannya. Tetapi tanpa sengaja dia malahan menyobek bungkusan sehingga masih terus terbuka.
Oh lihat juga, semua gula keluar dari bungkusan ini, kata Janneke. Sebuah gunung utuh gula di jalanan. Mari kita masukkan lagi ke dalam bungkusan.
Tetapi itu tidak bisa dilakukan sebab bungkusan sudah rusak.
Aku simpan gula itu dalam saku celanaku, kata Jip. Dengan tangannya dia memungut gula itu dari jalanan. Janneke ikut membantunya. Mereka menyimpannya dalam saku masing-masing. Saku-saku mereka penuh dengan gula.
Ketika mereka sampai di rumah: Dan? Jip menggerayang kedalam saku celananya.
Ini dia, katanya. Lalu dia meletakkan segenggam gula di atas meja.
Ini dia, kata Janneke. Dia pun memegang sejumlah gula dari sakunya. O, o, kata Ibu. Aku sudah memikirkan itu. Tanpa keranjang berbelanja!
Gula itu sangat kotor, Jip. Karena itu aku tak bisa memanggang kue tart dengan gula itu. Kalian pergilah lagi, dan kembali lagi.
Sesudah itu Jip dan Janneke pergi lagi ke pedagang tadi.
Tetapi sekarang mereka menggunakan sebuah keranjang.


2. H u j a n
buka tutup!Apakah kami boleh berbelanja? tanya Jip. Dalam cuaca begini? kata Ibu.
Tidak apa-apa, kata Janneke. Tetapi hujan begitu lebat dan angin sangat kencang. Kalian lihatlah badai-badai itu, kata Ibu. Kalian akan ditiup angin.
Hanya satu tujuan kecil, kata Jip. Ke toko roti.
Baik ke toko roti, kata Ibu. Belilah sebuah roti gandum.
Jip dan Janneke berangkat. Hujan sangat lebat sehingga mereka membawa payung besar dari ayah.
Aku bisa melebarkannya, kata Janneke. Bawalah kepadaku.
Aku bisa juga, kata Jip. Biar aku yang coba.
Mereka bersama-sama. Bersama-sama mereka membuka lebar-lebar payung besar itu. O, o, betapa lebatnya hujan itu. Hujan menyirami bagian atas payung. Angin pun berhembus sangat kencang. Jip dan Janneke memegang payung secara bersama-sama. Mereka harus pula berlaku hati-hati. Kalau tidak mereka akan terjatuh ke dalam genangan air di jalanan.
Kita harus bergegas, kata Janneke. Di sana ada toko roti.
Ayo berlari, kata Jip.
Tetapi owee. Ada angin nakal. Yang sekonyong-konyong menarik payung dengan sangat keras. Dan apa yang terjadi pada Jip. Payung itu melengkung ke atas. Kini mereka punya payung terbalik.
Tolong, seru Jip.
Pegang yang keras, kata Janneke.
Ibu tukang roti keluar. Dia berkata: Kemari cepat. Apakah kau menemukan masalah pada payung? Selanjutnya dia memegang benda itu dengan kuat dan dia mendorong melawan angin. Klap, bunyi payung. Payung itu tiba-tiba menjadi bagus lagi.
Syukurlah, kata nyonya toko roti. Kalian datang untuk membeli roti? Ini, kata nyonya itu. Untuk kalian berdua, ini sebuah kue yang lezat. Aku akan menutup payung itu sekarang. Lihat, tidak hujan lagi. Hanya angin kencang.
Kemudian Jip dan Janneke pulang ke rumah. Dengan payung tertutup.
Kami hampir terhempas ke udara, kata mereka kepada Ibu. Itu yang telah aku pikirkan, kata Ibu. Apakah kaus kaki kalian basah? Keringkan dengan cepat. Lakukan itu di luar. Sesudah masuk ke kamar. Di sana angin tak bisa masuk.
Tidak, untunglah di sini angin nakal tak bisa masuk. Jip dan Janneke melihat keluar jendela. Dan mereka melihat bagaimana angin meniup pohon-pohon. Adalah baik untuk berada di dalam.


3. Kebun binatang
sang raja!Hei, kenapa kau tidak menghabiskan buburmu, Jip.
Lihat Janneke! Dia makan dengan cepat! Dia tidak ceroboh. Lihatlah, hap hap! Begitulah seharusnya, Jip!
Aku tidak doyan bubur, kata Jip. Aku selalu harus makan bubur. Selamanya bubur. Aku anggap bubur itu jorok. Jip mengaduk-aduk dengan sendoknya. Akibatnya beterbanganlah tetesan bubur melewati kamar. Ibu jadi marah. Janneke berkata: kau jorok, Jip.
Tak lama kemudian ayah datang. Lalu ayah mengambil sendok dari Jip. Kemudian dia berkata: Lihat, sekarang semua binatang harus berada dalam kandang mereka. Ini gajah, Jip. Ayah mengambil satu sendok bubur. Itu harus dalam kandangnya. Buka kandang itu. Jip membuka lebar mulutnya. Ini seekor onta. Majulah, onta dalam kandangmu. Dan ini seekor kuda nil. Ayo kuda nil! Kandang selalu terbuka. Semua binatang masuk. Berbaris. Itu berlangsung tertib dan cepat.
Ini seekor burung kaswari, kata ayah. Tetapi Jip tidak membuka mulutnya. Siapakah burung kaswari?, tanya dia. Lihatlah, kata ayah. Aku akan menggambarnya untukmu. Dia seekor burung yang sangat besar. Dengan bulu yang amat tebal dan kaki-kakinya sangat panjang. Kau lihat, ini adalah seekor burung kaswari. Dia mau masuk kedalam kandangnya. Kandang itu telah membuka lagi. Selanjutnya datang pula beruang. Lalu harimau. Dan singa. Dan siapa yang datang saat ini?, tanya Jip. Dia sudah membuka kandang lebar-lebar. Sekarang tidak ada yang datang, kata ayah. Binatang-binatang semua sudah di kandang.
Sekarang kita punya lebih banyak binatang di rumah, kata ayah. Lihatlah selapis roti mentega untuk Janneke. Serta selapis roti untuk Jip. Setelah itu kembali ke binatang-binatang lagi.
Sekarang datang kera, Janneke.
Sekarang datang pula kanguru, Jip.
Sekarang datang seekor kuda biasa. Ya, kata ibu. Rupanya kau bisa menyunglap, ayah! Besok kita buat lagi kebun binatang. Sekarang ke tempat tidur. Hari sudah malam. Lihatlah, jam terlihat marah. Sangat marah.
Jip dan Janneke melihat itu. Jam terlihat sangat marah.


4. Kucing-kucing
kursi goyang ya!Siepe punya anak-anak lagi. Mereka begitu manis. Ada 3 ekor. Seekor yang hitam. Seekor yang abu-abu. Dan terakhir seekor dengan warna putih dengan bercak-bercak hitam.
Boleh kami memegang mereka, ibu? Tanya Jip.
Tidak, kata ibu. Kami memegang mereka satu-satu. Yang lain harus pergi dulu. Kita masih harus mencari sebuah rumah. Kini kalian boleh mencari yang mana mau kau pegang.
Yang abu-abu, kata Janneke. Yang hitam, kata Jip.
Seterusnya terlihat anak kucing berbulu putih. Dia memperhatikan Jip. Lalu dia melihat Janneke. Seperti dia mau mengatakan: apakah aku manis atau tidak?
Lihat, kata Janneke. Dia punya sebuah bercak hitam di atas hidungnya dan sebuah bercak hitam di atas pipinya. Ya, kata Jip. Dia anak kucing yang paling menyenangkan. Apakah kita akan memegang yang putih? Siapa namanya?, tanya ibu. Untuk itu Jip dan Janneke harus lama berpikir. Vlekki, kata Janneke. Itu nama yang cantk. Setelah itu dia bernama Vlekki sekarang.
Sekarang apakah kalian mau bertanya kepada semua orang, siapa yang masih butuh seekor anjing. Itu sangat sulit setiap tahun. Berulang-ulang Siep melahirkan. Berulang-ulang pula kita harus memberi kepada orang lain 2 sampai 3 anak kucing.
Siep mendengar itu, kata Janneke. Dia terlihat sangat sedih. Tidak, Siep tidak mendengar itu, kata ibu. Dan mereka belum boleh lama pergi. Baru setelah 1 sampai 4 minggu. Dan selanjutnya Jip dan Janneke bertanya kepada semua orang. Apakah kau mau seekor anak kucing? Mereka bertanya kepada Gijs, si tukang kupas. Lalu mereka bertanya kepada tetangga. Mereka bertanya kepada anak laki-laki dari pedagang bahan pokok. Orang yang bernama Henk. Henk, kau mau seekor anak kucing muda? Aku tidak mau, kata Henk. Tetapi aku akan bertanya kepada tetanggaku. Dan selanjutnya Jip dan Janneke beristirahat. Karena Henk mengenal begitu banyak orang. Mereka melihat lagi kepada keranjang Siep.
Piep, Piep bunyi anak-anak kucing itu. Mereka belum bisa mengeong. Mereka hanya baru bisa mencicit. Dan Siep mendengkur. Dia sangat bangga. Dia berkata tidak seorang pun punya anak-anak cantik semacam itu seperti aku. Takki juga menjenguk. Tetapi kemudian Siep menjadi marah. Dia mendengus. Dan Takki kabur dengan keras. Dia tidak mengerti apa pun. Mengapa Siep berlaku begitu kepadanya? Itu akan berubah lagi, Takki, kata Jip dan Janneke.


5. Siep di atas lemari
bantu bawa ya!Ngeong ngeong ngeong. Dimana kau berada, Siepe? Ngeong ngeong.
Lihatlah, Siepe berada di atas almari. Di atas almari kain linnen. Begitu tinggi. Dan dia tidak bisa lagi turun dari situ. Dia tidak berani. Kemarilah, kata Jip. Teruskan, kata Janneke. Tetapi kucing itu tidak berani. Janneke berkata : mari kita berdiri di atas sebuah kursi. Mereka melakukan itu. Tetapi kemudian mereka belum bisa mencapai kucing itu. Sebuah meja, kata Jip. Dan kemudian sebuah kursi. Dan lalu sebuah bangku. Itu akan menjadi sebuah menara yang sangat tinggi. Sekarang aku memanjat ke atasnya, kata jip. Jangan jatuh, Jip. O hati-hati jangan sampai jatuh. Jip tidak jatuh. Dia berpegangan dengan baik. Kepada lemari linnen. Dan dia berkata: Mari, Siepie. Mari akan membawa kamu turun. Tetapi Siepe sangat takut. Dia tak mau. Dan kemudian Jip memegang kucing itu kuat kuat. Dia meronta. Dia mencakar. Au, au, teriak Jip. Dan dia membiarkan kucing terlepas. Yang sama sekali jatuh kebawah. Tetapi dia jatuh di atas kaki-kakinya dengan sempurna. Ngeong, dia masih bersuara sekali lagi sangat keras. Dan selanjutnya dia kabur. Dengan cepat. Au, kata Jip. Kucing nakal. Kau telah mencakarku. Mari kita lihat, kata Janneke. Ya, darahnya keluar. Tunggulah, kata Janneke. Aku akan memperbannya. Aku seorang jururawat. Kini kau kau harus berbaring di sana. Jip berbaring. Di atas bangku. Dan Janneke memakai kain kecil di atas kepalanya. Kini dia suster.
Dia memasang sebuah sobekan kecil kain pada jari Jip. Sangat perih.
Syukurlah, kata dia. Kini itu harus sembuh. Anda masih harus tinggal satu minggu di tempat tidur, tuan.
Baik, kata Jip. Dan dia tetap berbaring.
Apakah sampai berminggu-minggu? Tanya dia. Tidak, tidak lama lagi, kata suster. Aku enaknya bangun saja, kata Jip. Dan dia berlari kedalam kebun. Dan perawat berjalan mengikutinya. Sangat keras.
Betapa lucunya rumah sakit, kata ibu. Suster berjalan dalam kebun menyusul di belakang pasien. Ya, sebuah rumah sakit yang sangat lucu.


6. Di Artis
Pertama sekali kita akan pergi kemana? Kata bibi Truus. Ke kera-kera. Atau ke harimau-harimau. Ke kera-kera, kata Jip. Ya, ke kera-kera mungil, kata Janneke.
Mereka punya sebungkus besar kacang. Untuk kera-kera. Lihat, di sana gunung karang kera. Di sana duduk beberapa kera.
Sini kera! Seru Jip. Di sini sebuah kacang. Dan dia mengulurkan tangan kecilnya. Lemparkan saja kepadanya, kata bibi. Jip melempar. Dan kera kecil menangkap kacang itu. Janneke tertawa dengan keras. Kera-kera melakukan dengan sangat lucu. Mereka melakukan lompatan langka semacam itu. Dan ada seekor ibu kera. Dengan seekor anak kera. Dan ibu kera berayun sangat tinggi. Dan dia tidak memegang anaknya dengan kuat.
Tak lama sesudah itu kera kecil jatuh ………., kata Janneke takut.
Tidak sayang, kata bibi Truus. Dia memeluknya erat. Lihatlah. Sekarang kami melanjutkan perjalanan. O lihat, di sana seekor onta. Dan anak-anak kecil duduk di atasnya.
Apakah kamu berdua juga mau duduk di atas onta? Tanya bibi Truus.
Ya, seru Jip. Aku mau di atas onta.
Aku juga mau, kata Janneke. Tetapi mereka merasa sedikit takut. Baik, kata bibi. Datanglah kemari.
Betapa besarnya onta itu. Dia sangat sangat tinggi, kata Jip. Tapi kemudian si onta menurunkan badannya sendiri. Dia turunkan melalui kaki-kakinya. Dia duduk. Dan Jip dapat memanjat ke atas punggungnya. Dan Janneke juga. Mereka sudah duduk. Persis di antara dua punuk.
Apakah kalian sudah duduk dengan benar, tanya penjaga.
Ya kami sudah duduk benar. Di sana empauk menyenangkan. Tapi Janneke mtakut sekali. Sekarang si onta berdiri. Oi, alangkah tingginya dia. Jip berepegang kuat-kuat pada satu tangannya. Onta sangat senang terutam rambut yang besar. Sangat kotor. Dia seharusnya perlu sekali untuk disisir.
Kami mulai berjalan. Dia berjalan sangat lambat. Tetapi dia berjalan sangat tidak rata. Yups, ke kiri. Yups, ke kanan. Seperti sebuah perahu.
Apakah kalian baik-baik saja? tanya Bibi. Sekali ini Bibi sangat jauh.
Mereka duduk sangat tinggi.
Semuanya baik-baik saja! seru Jip. Dan dia menganyun. Dia berani melepaskan satu tangan.
Onta berjalan teratur dengan satu putaran kecil. Kemudian dia menahan langkahnya. Dia membungkuk lagi dengan lutut-lututnya. Syukurlah, kata petugas. Turunlah lagi dari sana. Dia mengangkat Jip ke bawah terlebih dahulu. Sesudah itu Janneke. Janneke punya satu warna mengenal hal itu.
Aku paling berani bukan?, katanya. Ya, jelas, sayang, kata bibi. Dia mengeluarkan napas kotor, kata Jip. Onta mengeluarkan napas sangat kotor. Dia harus mandi karena bulunya sangat kotor. Onta-onta tidak pernah mandi, kata Bibi. Itu tidak perlu.
Sekarang aku mau naik di atas gajah, seru Jip. Tidak, kau tidak boleh menunggang gajah. Kau hanya boleh melihat mereka dan memberi mereka sesuatu. Setelah itu pergi ke singa. Banyak hal yang dapat dilihat di Artis.
Tetapi onta mungkin yang paling cantik.


7. Janneke berulang tahun
Jip bangun. Hari masih gelap. Tetapi dia berpikir: Janneke ulang tahun. Lalu dia berdiri. Dia pergi kearah ibu secara diam-diam. Ibu masih ada di tempat tidur. Dia tidur. Ibu, kata Jip, Janneke berulang tahun.
Mmm …….. kata ibu. Dia tidak bangun.
Janneke ulang tahun! Teriak Jip.
Sekarang ayah yang bangun. Dia marah dan berkata: Dengarkan Jip, hari baru pukul 6. Pergilah tidur lagi di tempat tidurmu. Sampai aku panggil.
Jip merasa sedih di tempat tidurnya. Itu akan memakan waktu sangat lama sebelum ayah memanggil.
Bolehkah aku sekarang ke Janneke?, tanya Jip.
Makan dulu rotimu, kata ibu. Juga susumu. Berpakaianlah rapi. Syukur, sekarang sudah jam delapan. Kau boleh pergi sekarang. Berikan bunga-bunga dan kado ini kepadanya. Jip pergi. Dia merangkak melintas pagar. Lalu dia telah berada dalam kebun Janneke. Dia masuk dari pintu belakang.
Disana Janneke. Dia duduk di atas sebuah kursi yang telah dihias cantik. Sebuah kursi penuh dengan pita dan gelung. Ada pula untaian bunga dalam kamar. Dengan berbagai warna. Juga ada lampion.
Selamat ulang tahun, kata Jip. Dia memberi bunga-bunga. Terima kasih banyak, kata Janneke. Lalu dia memberi Jip sebuah ciuman.
Sekarang aku mau sirup, kata Jip. Tetapi ibu Janneke berkata: Tidak, Jip. Begini pagi kau belum boleh mendapat sirup. Kau mau secangkir susu?
Ba, kata Jip. Susu! Aku sudah menghabiskan satu cangkir penuh. Lihat, kata Janneke. Aku sudah menerima sebuah kado. Dia memperhatikan itu. Itu sebuah papan setrika. Juga sebuah setrika. Untuk baju-baju Poppejans. Poppejans duduk disebelahnya. Di atas kursi yang dihias. Dia juga gembira.
Dariku kau mendapat pula sebuah kado, kata Jip.
Dimana itu? Tanya Janneke. Jip mendapat sebuah warna. Kado itu hilang. Ketika dia meninggalkan rumah, kado masih ada. Itu sebuah bungkusan besar. Dan kini kado itu hilang.
Apakah kau merangkak melalui pagar, Jip? Tanya ibu Janneke.
Ya, aku merangkak lewat pagar.
Pergilah lihat apakah masih ada di sana. Jip berlari memasuki kebun. Dia melihat sekitar pagar. Ya benar. Bungkusan itu masih di sana. Lalu Jip membawa kado itu dengan cepat.
Silahkan, kata dia. Janneke membuka kado itu. Itu sebuah kereta bayi. Dengan sebuah boneka bayi didalamnya. O betapa cantiknya. Janneke begitu senang membawa kereta itu bersamanya. Aku akan membawa setiap hari, katanya. Bila aku pergi kepadamu. Kemudian dia menaruh bayi boneka itu dalam kamar mandi.
Sesudah itu Jip boleh membantu.


8. Main perosotan
Di Pojok jalan berdiri sebuah toko. Dekat toko itu ada sebuah tangga. Di sebelah tangga ada sebuah perosotan. Dari batu.
Lihatlah, kata Jip. Di sana aku meluncur paling baik. Aku juga, kata Janneke. Aku duluan, kata Jip. Lalu dia meluncur. Menurun sangat keras. Sangat menyenangkan.
Sekarang aku, kata Janneke. Dia meluncur. Mereka berteriak kegirangan. Bergiliran, kata Jip. Selanjutnya mereka bergiliran. Sepanjang waktu.
Jip! Jip! Dimana kau? Jip dan Janneke!
Ibumu memanggil, kata Janneke. Ya, ibu Jip memanggil. Dia tidak tahu dimana Jip. Jip dan Janneke mendekat dengan cepat.
Apakah yang kalian lakukan?, tanya ibu.
Kami meluncur begitu bagus, kata Jip. Lihat, ibu, datang dan lihatlah.
Ibu datang melihat. Dia melihat betapa indahnya permainan itu. Aku menilai permainan ini menarik. Tapi lihat celanamu, Jip. Jip melihat celananya. O yee, sudah ada lobang di celana itu. Sebuah lobang yang besar. Ya, kata ibu. Itulah yang sedang aku pikirkan. Kalau kau bermain perosotan batu itu cukup lama, celanamu akan bolong. Lihat celanamu, Janneke.
Janneke mengangkat rok kecilnya. O. o itu juga bolong. Itu mengenai pula celananya yang bagus. Biru dengan sebuah belah ketupat. Seperti pada roknya.
Apakah kami tidak boleh lagi meluncur?, tanya Jip takut. Seperti tidak terjadi apa-apa. Kau tahu sesuatu, kata ibu. Kita pulang membuat sebuah perosotan. Mari ikut. Lalu ibu membuat sebuah perosotan di rumah. Dengan sebuah papan yang besar. Papan itu dia pasang pada bangku dan berikut sebuah bantal kecil di atasnya. Sesudah itu Jip dan Janneke boleh meluncur.
Syukurlah, kata ibu. Itu juga tidak begitu dingin. Semua tangga berbatu tidak berguna apa pun. Akan menyebabkan kau kedinginan. Tetapi perosotan di dalam. Hangat dan enak.
Sekarang, Jip dan Janneke berpendapat persoalan itu paling bagus.
Dan ibu Jip menambal celana Jip.
Dan ibu Janneke menambal celana Janneke.
Dan kini mereka berdua memakai celana-celana itu lagi.
9. B a l o n
Jip dan Janneke pergi ke kota bersama ibu.
Jika kau membeli sesuatu di sana, kau akan mendapat sebuah balon, kata Jip. Lihat, di dalam toko itu.
Tetapi aku tidak berniat membeli apa pun di san, kata ibu. Ada balon-balon cantik, kata Janneke. Aku juga sangat suka sebuah balon.
Sekarang kita teruskan, kata ibu. Kemudian aku membeli sebungkus sabun. Dan tak lama kemudian Jip mendapat sebuah balon. Dan Janneke menerima juga satu balon. Punya Janneke berwarna merah. Jip kuning. Setiap balon punya pegangan.
Aku juga bisa main sepakbola dengan balon ini, kata Jip. Dan dia menyepak bola itu.
Kau tidak boleh melakukan itu, kata Janneke. Nanti balonmu pecah.
Tetapi Jip melakukan itu secara berulang-ulang. Sangat perlahan, katanya. Dan tidak pecah, bukan?
Tetapi pada waktu mereka sampai di rumah. Balon Jip menjadi sangat kecil. Jauh lebih kecil dari pada balon milik Janneke. Dan setelah itu balon Jip semakin kecil dan semakin kecil.
Balon itu mengempis!, seru Jip. O lihat, balonku mengempis.
Coba bawa kemari, kata ayah. Aku akan meniupnya. Dan ayah melepas balon Jip dari tangkainya. Dan dia mulai meniup. Ayah meniup dan meniup dan meniup. Lihat, balon itu menjadi makin besar dan makin besar.
Jangan lagi, seru Jip.
Ya, itu sudah cukup, kata ibu.
Nanti dia meletus! Seru Janneke.
Tetapi ayah meniup dan meniup. Balon itu makin besar dan makin besar dan makin besar.
Taf! Itulah akibatnya. Balon hancur berkeping-keping.
Ach, kasihan Jip. Dia berdiri terperanjat. Dan sesudah itu dia menangis sekeras-kerasnya.
Itu salah ayah, kata ibu. Dia terlalu lama meniup balon itu.
Aku menyesal, kata ayah. Ya, ini adalah salahku. Besok kau harus membeli sesuatu di toko itu, kata ibu. Lalu kau beli sebuah balon baru untuk Jip.
Aku akan melakukan itu, kata ayah.
Dan di sana Jip sekarang menunggu balon baru.


10. Makan buah pruim
Apakah kami boleh mendapatkan buah pruim lagi?, seru Jip.
Ya, seru ibu kembali. Kau boleh mengambil sebuah lagi.
Jip dan Janneke berada di dalam kebun. Dan di sana ada sebuah keranjang penuh berisi buah pruim kuning. Dan begitu enak dan lembut.
Bolehkah kita mendapat satu lagi?, seru Janneke.
Ya, seru ibu. Dan sekarang satu lagi, teriak Jip.
Tetapi ibu sudah meninggalkan dapur. Dia tidak mendengar Jip lagi.
Pasti boleh, kata Jip. Dan dia mengambil satu lagi.
Dan Janneke juga mengambil satu lagi. Mereka menyimpan biji-biji buah itu. Aku akan bercocok tanam, kata Jip. Aku akan menanam semua biji-biji itu dalam kebun. Kita akan punya pohon-pohon pruim yang sangat banyak. Sebuah hutan yang sangat luas yaitu hutan buah pruim.
Mari kita makan semuanya sampai habis, kata Janneke. Karena kita masih memiliki banyak biji-bijinya. Dan masih banyak. Dan masih banyak.
Jip dan Janneke makan. Dan mereka makan lagi.
Aku tidak sanggup lagi, kata Jip. Masih ada beberapa lagi, kata Janneke. Kita masih punya biji-biji untuk sebuah hutan pruim yang luas.
Lalu ibu datang kedalam kebun. Ada apa di sini?, kata ibu. Kalian sudah menghabiskan seluruh isi keranjang buah pruim yang sangat banyak. Bagaimana mungkin. Itu sangat banyak.
Ya, kata Jip. Perutku sakit.
Perutku juga sakit, kata Janneke. Tetapi sekarang kita masih punya biji-biji yang baik. Untuk ditanam.
Tetapi Jip tidak punya kekuatan lagi untuk menanam biji-biji buah itu. Dia hanya ingin berbaring. Dan Janneke juga. Pergilah kalian berbaring di atas bangku, kata ibu. Aku harap kalian tidak jatuh sakit.
Jip dan Janneke tidak sakit. Tetapi mereka tidak boleh makan roti lagi. Dan mereka tidak doyan buah pruim lagi.

Pelajaran Bahasa Asing

Dari dalam halaman situs web ini, Anda pun dapat mempelajari salah satu bahasa asing yaitu:

  1. Bahasa Inggris

  2. Bahasa Prancis

  3. Bahasa Jerman

  4. Bahasa Belanda

  5. Bahasa Portugis

Jika Anda ingin belajar lebih jauh mengenai bahasa-bahasa asing ini, Anda juga bisa mengunduh (download) e-booknya secara gratis!

Pilihlah ebook bahasa di bawah ini sesuai dengan minat Anda!

Selamat belajar,  semoga sukses!.